Hikmah yang ke35
Bibit penyakit yang menybabkan hidup sibuk memiqirkan ma’siat
بسم الله الرحمن الرحيم
اَصْلُ كُلِ مَعْصَيَةٍ وَغَفْلَةٍ وَشَهْوَاتٍ
الرِّضَا عَنِ النَفْسِ وَاَصْلُ كُلِ طَاعَةٍ وَيَقْضَةٍ وَعِفَةٍ عَدَمُ
الرِّضَا عَنِ النَفْسِ مِنكَ عَنهَا
Artinya : “Asalnya setiap ma’siat, lupa kepada ALLOH SWT , mengikuti hawanafsu, itu bibitnya adalah ridho terhadap nafsunya.
Poko setiap to’at , ingat pada ALLOH SWT, dan terjaga dari terpeleset terhadp ma’siat, bibitnya adalah tidak ada ridho terhadp nafsunya ”
Bibit penyakit yang menybabkan hidup sibuk memiqirkan ma’siat dan melakukannya adalah ridho terhadap nafsunya yang mengajak untuk
berkokok.
Dzatnya nafsu
tak mengenal ALLOH SWT, pekerjaanya nafsu mengerjakan dosa , sifatanya
nafsu ingkar pada ALLOH ALLOH SWT.
Bibitnya to’at tak ridho terhadap ajakan nafsu.
Nafsu aya 7 :
1. Nafsu imaroh, adalah merupakan nafsunya yahudi yang tak berpikir kebelakang dan tak bisa berbelok seperti babi, sobatnya nafsu imaroh,
lupa sama ALLOH SWT tak mengenal ALLOH SWT, tobeaatnya, kadedemes, koret, bodo,
takabur, nuturkeun syahwat nafsu, besar amarah, nafsu imaroh sangat bengis.
2. Nafsu lawamah: merupakan nafsunya nasroni, datangnya dari
dalam hati, mengaku baik terhadap yang baik, cuman Dia tidak
bisa berbuat baik, mengaku jelek
terhadap yang jelek, cuman tidak bisa meningalkannya, mengaku bagusnya sholat
cuman Dia jarang sholat, mengaku bagus
terhadap orang yang berzakat namun Dia juga ga membayar zakat, mengaku baiknya
puasa cuman di suka godin, mengaku agungannya Islam cuman tidak masuk menjadi
muslim,
Atau suka amal namun terhalang saat beramal, oleh
sifat-sifat yang tercela, juga suka dolim suka berbohong.
3. Nafsu mut’mainnah: datangnya dari
qolbu yang paling dalam atau di bilang dari sir sebelah luar, tau terhap adanya
ALLOH SWT, dan suka kembali kepada ALLOH, di setiap waktu.
Temannya percaya terhadap janjiNya, dan suka bersyukur, shobar saat di uji, ridho terhadap ketentuan walau ketentuan tersebut bukan yang diharapkan, takut nalika terpeleset terhadap dosa, roja pada ALLOH SWT saat to’at, batinnya tidak mengaku terhadap kemampuan diri, dikarenakan musyahadah kepada ALLOH SWT, yang maha nunggal.
Temannya percaya terhadap janjiNya, dan suka bersyukur, shobar saat di uji, ridho terhadap ketentuan walau ketentuan tersebut bukan yang diharapkan, takut nalika terpeleset terhadap dosa, roja pada ALLOH SWT saat to’at, batinnya tidak mengaku terhadap kemampuan diri, dikarenakan musyahadah kepada ALLOH SWT, yang maha nunggal.
4. Nafsu mulhimah: datangnya dari jihat ruh, melihat segala perbuatan dari ALLOH
dan melihat semua mahluq di atur sama ALLOH SWT, lalu naik sampai tajali af’al dan
asmaNya.
Shobatnya konaat sayang sama sesama mkhluq dan taubat satiap waktu, tawado di
dihadapan makhluq, tadoru di hadapan ALLOH, sabar saat mendapatkan ujian syukur
di setiap mendapatkan nikmat, buahnya menujukan rasa dekat dengan ALLOH.
5. Nafsu rodiyah: Datangnya dari sir yang dalam, ridho dan syukur pada sesuatu
yang di berikan oleh ALLOH.
Yang wajib di lakukan walau pahit yang haram di tinggalkan walaupun manis, melihat terhadap ketentuan dari azali. buahna ikhlas saat beramal, zuhud & waro, riadoh, dan tidak inkar janji bilamana Dia janji.
Yang wajib di lakukan walau pahit yang haram di tinggalkan walaupun manis, melihat terhadap ketentuan dari azali. buahna ikhlas saat beramal, zuhud & waro, riadoh, dan tidak inkar janji bilamana Dia janji.
6. Nafsu marDiah: datangnya dari sir yang
lebih dalam, hidupnya diridoi sama ALLOH dan ridho mengikuti aturan ALLOH, di
asih sama ALLOH, menempuh jalan seperti perjalanan kekasihNya yang telah di
beri cahaya ke ma'rifatan, perbuatannya taqorub kepada ALLOH, ahlaqnya seperti
akhlaq ALLOH loman sama orang pelit, bersih hatinya dari sifatan yang tercela,
penuh oleh sifat yang terpuji dan marifatulloh, mahabah kepada ALLOH, mengikuti Rosululoh, ilang
pengakuannya dari alam shogir sampai alam kabir, dari aras sapai paras tak ada apa-apa didalam
hatinya melainkan cuman adanya ALLOH.
7.Nafsu kamilah: datangnya dari sir yang maha paling dalam,
yaitu oleh ALLOH di naikan darajatnya, sampai wusul ke makom jam’ul jam’i( maqom
bako saba’da parqi ) nyampe sampai maqom ittisol. hanyalah AllOh yg ada
ولذا قال ( أصل كل معصية )اى مخالفة لما امرالله به ونهى عنه(وغفلة)
القلب عن حضرة الربّ ( وشهوة ) نفسانية وهى
التعلق بما يشغل عن الله تعالى (الرضا عن
النفس ) بإجماع العارفين وأرباب القلوب لأن
الرضا عنها يوجب تغطية عيوبها ومساويها ويصير قبيحها حسنا فمن رضى عن نفسه إستحسن
حاله وسكن إليها ومن إستحسن كل حال نفسه وسكن إليها إستولت عليه الغفلة عن الله
وبالغفلة ينصرف قلبه عن التفقيد والمراعاة لخواطره فتثور عليه حينئذ دواعى الشهوات وتغلبته اذليس
عنده من المراقبة مايدفعها ومن غلبته شهوته وقع فى المعاصى لا محالة
‘’Pokonya setiap ma’siat (sulaya
sama yang ALLOH SWT perintahkan dan mengikuti segala yang ALLOH SWT larang) dan
asalnya stiap Hati lupa dari hadrot robbi & mengikuti kemauan nafsu (
selalu bergatung pada sesuatu yang melupakan ALLOH SWT) sebabnya adalah ridho terhadap nafsunya, para ahli
ma’rifat sama yang mempunyai penglihatan batin, sepakat terhadap maqalah
ini.
Karena sesungguh nya ridho dari mengikuti hawa nafsunya mewajibkan untuk menutupi keaeban dirinya, sama ke jelekannya, sehingga dirinya jelek menjadi merasa bagus, barang siapa yang ridho terhadap nafsunya maka Dia akan merasa baik, juga akan senang mengikuti nafsunya, dan barang siapa yang merasa tingkahnya bagus, dan Dia Diam disana, maka akan tersetir olleh lupa sama ALLOH SWT. Oleh karena gaflah, akan berpaling Hatinya dari ketentuan yang harus ia lakukan, dan ia akan senang-senang melakukan ma’siat.
(ويقظة )أى دخول فى حضرة الرب و تنبه لما يرضيه (وعفة) وأصل كل طاعة)أى موافقة للأمر والنهى
أى علو الهمة عن الشهوات (عدم الرضا) منك
عنها فإن من لم يرض عن نفسه لم يستحسن حالها
ولم يسكن إليها ومن كان بهذا الوصف
كان متنبها متيقظا للطوارق والعوارض وبالتيقظ يتمكن من تفقد
خواطره ومراعاتها وعند ذلك تخمد
نيران الشهوة فلا يكن لها عليه غلبة ولا
قوة فيتصف حينئذ بالعفة
Asalnya setiap to’at (mengikuti segala perintahan dan
menjauhi segala larangan) & bangun (Hati
masuk ke hadrot robbi dan mengingati segala yang diridhoi oleh ALLOH SWT &
terjaga dari syahwattun nufusu, adalah tidak ada ridho dari mengikuti hawa nafsunya.
Maka
sebenarnya Dia yang tidak ridho terhadap nafsunya, tak akan merasa bagus pada
tingkahnya, juga tidak akan tinggal Diam di sanah. Barang siapa yang tersifati oleh sifat-sifat
tersebut, maka Dia akan selalu bangun mengejar perjalanan mengenal ALLOH SWT.
Oleh
karena Hatinya masuk ke hadrot ALLOH SWT. Maka ia Diam meninggalkan ajakan
nafsu, saat Dia to’at dan yaqdoh, maka
padam syahwatnya yang disamakan dengan api karena panasnya ajakan nafsu. Maka tidak
mungkin bagi Dia yang tersifati oleh ifah (terjaga), terkalahkan oleh hawanafsunya.
وإذا إتصف بذلك كان متجنبا لكل ما
نهى الله محافظا على جميع ما أمر الله به وذلك معنى طاعة الله
سبحانه
Dan
apabila Dia tersifati oleh sifat tersebut, maka Dia akan bisa menjauhi setiap
perkara yang dilarang juga akan bisa menjaga segala perkara yang di perintah.
ولما كان الرضا عن النفس شأن من يتعاطى العلوم الظاهرية التى لا تدل على
عيوب النفس
Masih
termasuk golongan orang yang ridho terhadap nafsunya, Adalah ia yang cerdas tentang
ilmu dhohir, tetapi kecerdasan tersebut tidak mengenal terhadap keaban
nafsunya.
0 komentar:
Posting Komentar